Berkunjung Ke Pool PO Bis Cepat Budiman

Cerita pengalamanku, ketika aku berkunjung ke Pool PO Bis Cepat Budiman untuk pertama kalinya.

Under Construction

Under Construction

Under Construction

Under Construction

Under Construction

Under Construction

Under Construction

Under Construction

Jumat, 30 Mei 2014

Garapanku TIK 2013

Ini bukan pembahasan tapi cuman sekedar garapanku wae. Hehehe...



*Aku nggak bertanggung jawab kalo ada kesalahan jawaban yang aku pilih.

Unduh Filenya

password : 123qweasdzxc


Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan

Materi  Kelarutan Dan Hasil Kali Kelarutan


Bagi teman-teman yang ingin mengunduhnya, silahkan donwload materi pada link yang saya berikan di bawah ini.

Materi Kimia Bu Lestari, Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. 

Download Materi

Jumat, 11 April 2014

Mesin Kasir v.1

Sesuai dengan janji saya kepada temen-teman, disini saya akan ngeshare tentang Tugasnya Pak Khasan Pascal. Silahkan di pelajari, dan kalo mau di edit sendiri, monggo.


https://ww*.dropbox.com/s/t3n05t5dkejgbrh/tokomesi.pas
(tambahakan w)

Programing Itu Asyik {Part 2}

Di smuphy (SMA Negeri 7 Surakarta), bertemulah aku dengan Pak Khasan Tiarani (Guruku TIK, sekaligus walikelasku di kelas X). Betapa penasarannya aku ketika pertama kali masuk ke SMA 7 mengetahui walikelasku lulusan Sarjana Komputer.

Mungkin sudah jalannya kali yaa.., seperti aliran sungai gitu *ehmmm*. Aku kembali bertemu dengan orang yang paham komputer. Dari Pak Khasan, aku banyak mendapat wejangan, komporan, termasuk kadang cemoohan kalo Arsenal kalah atau lagi di rundung masalah (padahal tiap musim itu tim bermasalah terus, karena kaga pernah dapet piala), wkwkwkw... Ya tapi itulah kenikmatan menjadi seorang Gooner, dimana kesetiaan dan kesaran selalu di uji.

Di kelas X, aku merasakan panasnya komporan beliau ketika bayangan aku masuk kelas IPA nyaris hilang. Tapi berkat komporan beliau dan faktor dari luar, aku sukses memperbaiki nilai-nilaiku, hingga akhirnya aku dinyatakan untuk melanjutkan studi dengan program IPA.

Aku nggak pernah nyangka masuk IPA kalau aku ngaca di waktu SD sebagai seorang "Remidiator."

*Makasih udah ngomporin, sekalian terima kasih juga sama yang udah care selama aku di kelas X.

Di kelas XI, aku kembali berjumpa dengan Pak Khasan, namun statusnya beliau udah bukan lagi walikelasku, melainkan guru TIK dan guru Keterampilan.

Awalnya, Pak Khasan hanya di dapuk sebagai guru TIK, namun "karena emang udah jalannya seperti aliran sungai yang mengalir". Pak Khasan akhirnya mengajar Keterampilan (Pascal) sebagai guru pengampu mata pelajaran tersebut untuk kelas XI IPA 3 (kelasnya sendiri), XI IPA 4 (kelasku), dan XI IPA 5.

Di kelas X dulu, pernah terucap dari bibirku tentang penyesalanku ikut Pengembangan Diri (PD) TIK. Awalnya, aku kira PD TIK itu nguplek-uplek Photoshop, Marcromedia Flash, ataupun Web gitu. Tapi kenyataannya -___-".

PD TIK yang dilaksanakan setiap hari Rabu seolah menjadi hantu tersendiri bagiku. Apalagi semester 2, aku sama sekali nggak nyantol sama yang namanya Turbo Pascal. Sejak awal aku nggak "dong-dong" sama ini program.

Biasanya tiap 3 minggu sekali, diadakan evaluasi (semacam Ulangan gitu). Evaluasinya biasanya di  suruh ngebuat program dari apa yang di ajarkan sebelumnya. Orang namanya aku nggak tahu dari awal, satu-satunya cara biar aku dapat nilai, sekalipun itu ("B-" atau "C"), yang penting aku bisa pulang *soalnya kalo belum jadi nggak boleh pulang, tapi kalo jadi duluaan, pulangnya duluan*. adalah dengan cara NGOPI kodingnya temen. *Paling sering ngopi punya-nya temenku Hadian (sekarang dia di XI IPA 3)*. Termasuk waktu Evaluasi terakhir, suruh buat program menghitung Pajak -__-, babarblas aku ra mudeng.

Dari situ, aku kuaappoookk sama yang namanya Programing Pascal.

Di kelas XI, aku ketemu lagi sama yang namanya Programing Pascal cuma sekarang bukan lagi PD, melainkan masuk ke pelajaran.

Keypoint itu waktu Pak Khasan pegang kendali mapel Keterampilan. Meskipun di kelas X aku nggak mudeng Pemograman Pascal, tapi aku dapet beberapa dasar-dasar yang itu jadi kunci saat ini.

Seiring berjalannya waktu, sedikit-sedikit aku mulai paham tentang koding Pascal. Hingga akhirnya, aku menarik ucapanku, kalo Programing Pascal itu ternyata Asyik!.

Keasyikan programing pascal itu adalah kita di ajak untuk berfikir dan bermain logika, termasuk strategi bagaimana cara mecahin masalah kalo saat di compile jadi, tapi pas di inputin datanya ke program nggak sesuai harapan. Selain itu, kita di arahkan untuk menggunakan daya imajinasi kita terkait program yang akan kita buat nantinya.



  

 
  


Programing Itu Asyik {Part 1}

Mungkin diantara pelajaran sekolah yang paling aku favoritin saat ini adalah pelajaran keterampilan alias Programing Pascal. Bukannya bermaksud mendewakan pelajaran ini, ataupun menanggap pelajaran lain tidaklah menarik. Tapi emang pelajaran ini yang aku anggap paling punya daya tarik tersendiri. *Ahaayy...


Sejak kecil, aku udah akrab dengan komputer apalagi keyboard sama mouse, jadi kalaupun mata pelajarin ini jadi favo emang udah nggak kaget.

Ayahku bercerita kepadaku ketika usiaku masih berumur 2 tahun. Suatu ketika ayahku menaruh beberapa benda di lantai, lalu aku di berikan kebebasan untuk memilih. Tanpa ragu, aku langsung "cuss" ke keyboard ketimbang memilih pensil, buku, mainan, ataupun uang.

Di masa kecilku, aku tak pernah lepas dari yang namanya komputer. Namanya anak kecil, kalo pakai komputer pastu buat main Game. Berawal dari gamelah, aku tertarik kepada komputer. Kira-kira TK, aku makin kecanduan terhadap game, selain itu aku juga mulai mengenal MS. Paint (applikasi buat gambar).

Memasuki masa SD, ketagihanku terhadap game udah nggak terkendali. Menginjak kelas 1 SD, aku udah mulai mahir dan ketagihan sama yang namanya game Red Alert 2 (sampai sekarang pun masih punya XD) sama Age of Empire II.

Dari kedua game itu lah, otakku seperti terlatih untuk berfikir memainkan strategi. Selain itu aku mendapatkan pengalaman dan ilmu bermain kedua game tersebut dari kakak-kakakku mahasiswa yang mondok di sebuah pondok pesantren untuk menempuh kuliah di UMS di waktu itu. 

Bagiku bermain game itu lebih asyik daripada belajar. Jadi maklumlah, di SD dari kelas 3-6, aku adalah seorang "remidiator" sejati. Rapot dengan nilai merah lebih dari 3 udah biasa. Ketika pengambilan rapot, aku jadi bahan pembicaraan tetangga juga udah biasa. *Maafkan aku bapak/ibu, karena pada saat itu, tiap pengambilan rapot harus "ketar ketir sama yg namanya mimpi buruk tinggal kelas" dan menanggung malu karena ulah anakmu ini, wkwkw..*

 Untung aja aku punya orang tua yang biasa ngertiin aku, kalo aku emang dari awal masuk SD, aku nggak terlalu minat sama dunia akademik dan lebih minat sama komputer.

Setelah memimba ilmu 6 tahun di SD, aku melanjutkan studiku ke MTs Negeri Surakarta 1. Kalo dari nama, mungkin beberapa orang masih belum tau. *Termasuk ketika aku masuk di SMA 7, guru-guru pada tanya, itu sekolahan di mana? -_-*. Tapi bagiku, sekolah ini punya kenangan tersendiri bagiku.  Hingga akhirnya aku bertemu dan mengenal Pak Heri Saputra (Guru Matematikaku sekaligus walikelasku di kelas VIII).

Dari dialah aku mengenal yang namanya patching, trial reset, cracking, keygen, hingga *tau sendiri lah tingkatan yang lebih tinggi lagi*. Termasuk dari situ aku dikenalin sama yang namanya sebuah program Download Manager yang sampai saat ini masih populer di kalangan pengguna internet.    
  
Bersama temanku sekelas Ridwan, dan Dzaky, tiada hari tanpa ketemu Pak Heri *kecuali kalo libur* buat minta film terbaru, software full version (biasanya Game) atau link buat download software full version.


Karena Pak Heri juga aku jadi kenal sama yang namanya FL Studio, meskipun beliau hanya memberikan link downloadnya. Dari SD, aku kepengin banget bisa mainin piano.

Lulus dari MTs Negeri Surakarta 1, aku melanjutkan studi ke SMA Negeri 7 Surakarta.

Makasih kepada Pak Heri Saputra atas bantuannya selama saya belajar di MTs Negeri 1 Surakarta =).

Bersambung : 

Programing Itu Asyik {Part 2}
http://katanyakataku.blogspot.com/2014/04/programing-itu-asyik-part-2.html




     


Minggu, 30 Maret 2014

My Biography

Aku lahir pada tanggal 15 mei 1997. Aku adalah anak pertama dari pasangan Drs.Muhammad Ishom, M.A. dan Mukhlisoh, S.Ag. Aku lahir di kabupaten Cilacap, letaknya barat laut dari kota Cilacap. Ayahku berasal dari Solo sedangkan ibuku berasal dari Cilacap. Kedua orang tuaku menikah pada tahun 1991. Pada umur seratus hari aku pindah ke Solo dan membuka lembaran hidupku.

Saat aku berusia satu tahun terjadi krisis politik di Indonesia juga di kotaku di Solo mereka mendemo agar presiden waktu itu Soeharto mundur dari jabatannya sebagai presiden republik Indonesia.

Tahun 1998 terjadi perubahan besar. Presiden Soeharto saat itu lengser dan orde baru tumbang setelah terjadi demo besar-besaran di seluruh Indonesia, terutama jakarta dan Solo. Aku mengenal politik karena di tahun itulah ada pemilu. Aku pun ikut kampenye salah satu partai besar waktu itu di Indonesia.

Di umurku tiga tahun aku sering di ajak ke stasiun untuk melihat kereta api nyaris setiap hari aku naik kereta api, saking setiap hari aku hafal jadwal kereta dan namanya. Disanalah aku tahu tentang salah satu alat transportasi. Aku bercita-cita ingin jadi seorang masinis saat itu. Kereta yang sering ku naiki saat itu adalah prambanan express yang bertujuan dari Solo ke Jogjakarta, namun aku jarang setiap hari naik kereta itu sampai Jogjakarta, paling hanya sampai di stasiun jebres, selain kereta itu aku naik kereta api tujuan Solo ke Wonogiri, saat itu harga tiket masih lima ratus rupiah jadi cikup terjangkau. Selain itu aku kerap main games, tak sembarangan game yang aku mainkan yaitu game balap motor, relly, motocross, Super Football game. Karena itulah aku sering melakukan coba-coba dengan game itu. Anak seusia aku belum dapat memainkannya. Dan karena itulah aku tertalik untuk menyenangi komputer.

Umur empat tahun aku tetap sama seperti umurku yang lalu, namun aku mulai tertarik dengan dunia protet dan ekonomi. Ayahku dulu seorang photographer, karena itulah aku sering ikut mempotret kehidupan di sekitarku seperti kemiskinan. Dahulu pula ayahku seorang keriyawan koprasi salah satu pondok terkenal di kota Solo. Selain ayahku pamanku juga bekerja disana.

Di umur lima tahun aku sekolah di TK dekat kantor ibuku yang tak jauh dari tempat kerja ayahku dan juga rumahku. Saat pagi hari bila aku belum makan aku selalu menyempatkan membeli soto dan secangkir teh hangat, namun aku bukanlah anak yang manja, aku makan sendiri dan tanpa di temani orangtuaku. Di tahun itulah aku mengenal sepak bola karena di tahun 2002 ada pagelaran piala dunia di Korea Selatan dan Jepang, dan menjadi FIFA World Cup pertama di Asia. Namun aku tidak menonton dirumah karena aku tak punya tv saat itu jadi aku menonton di rumah kakek ku, Aku setiap malam ke rumah kakek ku. Saat itu kejutan terjadi ketika tuan rumah Korea Selatan menjadi under dog dengan masuk di empat besar. Saat itu aku aku kenal beberapa pemain dunia seperti, Ronaldo (Brazil) Ronaldinho (Brazil) Kahn (Jerman) Ki Heon Seol (Korea Selatan) Zinaidine Zidane (Prancis) aku sangat terpukau dengan samba yang dilakukan oleh Ronaldinho dan Penyelamatan gemilang oleh kiper Oliver Kahn. Dari awal aku sangat yakin bahwa Brazil atau Jerman akan menjadi finalis piala dunia setelah krisis 1998. Dan tebakan itu pun terjadi Brazil dan Jerman bertemu, saat itu aku terpukau dengan penyelmatan berkali kali, namun gol yang di lesatkan oleh Ronaldo menjadi penetu kemenangan dan menjadi Brazil mengoleksi lima piala dunia. Pada tanggal 17 Desember 2002 aku mempunyai adik yang bernama Ahmad Danial Latief.

Tahun 2003 aku pun masuk SD. Sekolahnya dekat dengan rumahku. Juga di tahun itulah kecemburuan aku pada adikku mulai, aku merasa adik selalu diperhatikan sedamgkan aku merasa sama sekali kurang, namun aku bebas salah satu peraturan yang dibuat oleh ibuku yaitu tidur siang, karena ibuku mengasuh adikku saat itulah aku di perbolehkan melihat dunia luar, ternyata dunia luar itu membutuhkan persaingan. Aku pun menyadari bahwa persaingan pasti ada, namun aku mulai tahu bahwa kecemburuanku terhadap adikku sia-sia karena aku tetaplah diperharhatikan namun dengan cara yang lain. Aku mulai sadar kecemburuan itu tak berbuah apa-apa, namun malah berbuah dosa karena selalu melakukan sangkaan yang tidak-tidak, walaupun begitu aku tetap dimarahi, ya masalah biasa usil. Di kelas satu aku juga merasakan persaingan. Di kelasku dulu ada persaingan antar blok yaitu blok meja kiri dan meja kanan. Kalau meja kiri berhalauan keras, apathies, sedangkan meja kanan berhalauan lembut, tapi kelompok anak orang kaya (Kemaki Bahasa indonesianya sok). Untung saja sadar keduanya tidak sesuai. Ahirnya aku lepas karena aku tak punya nyali, dan aku orangnya tak pakai kekerasan. Di kelas satu aku kelihatan dyslexia salah satu kesulitan belajar.

Di umurku ke tujuh tahun aku mulai mengenal lebih jauh sepak bola karena ku dibelikan televisi oleh karena pada tahun tersebut EURO 2004 dilaksanakan di Portugal, tapi aku tidak menonton di rumah tapi di desa, saat itu musim liburan. Saat itu aku menjagokan Yunani dan Inggris, namun Inggris terhenti, jadi aku menjagokan Yunani sebagai jawara EURO 2004 Portugal. Dan benar tim kuda hitam dari eropa timur ini menjadi juara. Saat itu beruntung. Saat sebelum final aku sempat ketiduran di perpustakaan pondok milik kakekku. Beruntung saat itu paman membangunkan aku. Sebelum aku berangkat ke rumah adik ibuku aku di belikan snack ringan. Saat kick off di mulai aku ngantuk jadi aku tidur. Aku terbangun pada dua menit sebelum gol terjadi hatiku berfirasat gol akan terjadi melalui umpan bola mati. Saat itu serangan counter attack dilakukan oleh Yunani. Bola pun keluar lapangan dan Yunani mendapatkan corner kick. Saat korner terjadi aku merasa bahwa akan terjadi gol. Dan benar gol yang dilesatkan melalui sundulan ini menjadi penentu kemenanga tipis 1-0 untuk Yunani. Aku sangat bergembira, namun saking gembira aku sampai tidur pukul dua malam. Aku tidur di sana karena rumah pamanku sedang di tinggal ke Tasikmalaya.

Delapan tahun aku berada di dunia ini. Di kelas dua aku semaking turun prestasi belajarku. Ini disebabkan karena aku memiliki kusulitan belajar(dyslexia). Dyslexia itu adalah persoalan keturunan dari ayah sampai keturunan yang tak bisa disebutkan juga mengalaminya, namun pada saat itu keluargaku belum mengetahuinya, jadi aku sering dimarahi oleh kedua orang tuaku. Aku sangat ingin keluar dari sekolah dan memilih home schooling sebagai alternative. Saat itu ayah merespon kalau home schooling itu bisa, namun ayahku memikirkan ijazahku nanti. Karena aku tidak sekolah dengan formal.

Kelas tiga aku semakin terpuruk. Tengah semerter II aku menghuni papan bawah rangking kelas. Aku making frustasi untuk naik kembali. Dari kelas satu sampai kelas enam. Aku rangking paling jelek adalah di kelas tiga, karena aku enam terbawah dari empat puluh dua anak. Pelajaran yang termasuk dapat nilai merah, sebagai berikut: Matematika, IPA, Basaha Arab, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia, Fiqih, Al qur’an Hadist, PAI, dll. Hanya empat pelajaran, diantaranya yang paling baik IPS dengan nilai 84.

Kelas empat aku mulai lagi dari enol, karena paham tentang dyslexia ayahku tahu minatku. Minatku adalah di IT. Kemahiranku dalam computer semakin meyakinkan ayahku. Tanggal 26 Juni 2007 aku khitan. Di kelas empat banyak kemajuan walaupun tidak secara express, namun step by step.

2008 aku naik ke kelas lima. Kelas itulah aku naik siknifikan hasil belajarku. Hanya MTK, IPA saja yang kurang baik. Dalam IPS aku mendapat nilai bagus karena termuat sejarah. Walaupun di awal terseok seok di akhir dapat nilai cukup. Bakat lain tumbuh yaitu menyanyi. Aku jawara menyanyi dalam satu kelas. Aku memperoleh 95 nilai terbaik. Nilaiku didapat dari menyanyikan lagu Himne Guru yang dimainkan secara acoustic.

Di kelas enam aku harus memikul beban berat karena kakak kelas aku lulus 100% dan menjadi peringkat satu. Naik terus grafikku dalam belajar. Namun di kelas enam angkatanku di sebut angkatan terburuk dalam sejarah sekolah. Setiap try out sekolah tidak sekalipun mendapat jawara. Tanggal 11 – 13 Mei 2009 aku menghadapi ujian nasional (UASBN). Aku merasa sangat tegang dan sangat ingin tahu berapa nilaiku. Akhirnya kudapatkan nilai 24.35 yang cukup low power untuk memasuki SMP unggulan (favorit). Aku meniggalkan seribu kenangan dari kelas satu hingga enam sekolah dasar (SD). Melanjutkan sekolah di MTsN 1 Solo. Saat hari ke empat aku menangis saat akan tidur karena aku masih teringat teman temanku SD. Sekarang aku menjalani sekolah dengan baik.

Saat ini aku duduk di kelas XI IPA 4 SMA Negeri 7 Kota Surakarta. 

Cibiru Memories


Akhir tahun lalu, tepatnya Desember kemarin, aku berlibur ke kota kembang Bandung. Selapas muter-muter kota kembang, sekitar pukul 11.30 menuju ke Terminal Cicaheum untuk melanjutkan perajalan ke Tasikmalaya. Karena padatnya jalan, bis tidak kunjung datang, sementara penumpang menumpuk. Daripada kelamaan nunggu, dan perut udah keroncongan, akhirnya aku putuskan untuk menikmati Bakso di dekat Terminal Cicaheum. Selesai makan, aku kembali ke Terminal Cicaheum.


Dan akhirnya datang juga bis Budiman IL 073 tujuan Tasikmalaya-Bandung. Seketika, ketika bis masuk ke Terminal Cicaheum, penumpang yang telah lama menunggu langsung berebut kursi. Awalnya aku mengincar kursi paling depan, namun apa daya, aku sama sekali belum pernah ke Terminal Cicaheum sebelumnya. Aku belum punya pengalaman mengenai hal yang satu ini.

Akhirnya bukan hot seat yang kudapat, tapi kursi deket pintu belakang yangkudapat pada akhirnya. Tak lama kemudian, bis langsung putar badan, capcuss dari Terminal Cicaheum. *Goodbye Bandung, kamu kenangan dehh pokoknya*

Duduk di kursi belakang, menjadi hal yang menarik bagiku, karena dari kursi belakang, aku bisa melihat seluruh kondisi penumpang di dalam bis.

Sampailah bis di Pool Cibiru (Pool milik PO Budiman cabang Bandung). Ini adalah kali pertama aku di Pool Cibiru, karena sebelumnya aku nggak pernah ke tempat tersebut.

Selama ini aku cuma nonton foto orang-orang yang nge-upload tentang kondisi Pool Cibiru.

Naah di bagian inilah, kenapa aku mengambil judul Cibiru Memories.

Ketika itu, tidak hal yang aneh di mataku. Hingga akhirnya sejenak mataku melihat kondisi luar, dimana para penumpang yang naik dari Pool Cibiru mulai naik ke dalam bis satu persatu. Padahal ketika itu bis sudah aku anggap penuh.

Mataku kemudian tertuju kepada seorang laki-laki dewasa yang sibuk membantu penumpang dan kenek yang sedang memasukkan barang ke dalam bagasi bis. Awalnya aku anggap dia adalah seorang crew. Tapi kalopun itu crew, masa nggak pake seragam.

Selang kemudian, ada seorang ibu bersama keempat anaknya yang hendak menaiki bis, lagi-lagi orang tersebut membantu dengan mengendong anak yang paling kecil diantara keempat anak dari ibu tersebut. Anggapanku bahwa dia crew berubah. Mungkin dia suami dari ibu tersebut.

Kemudian pikiranku berubah lagi. Kok pas anak yang paling kecil di bantu untuk di naikin ke dalam bis, dia merengek nangis. Anak tersebut juga merasa asing dengan orang yang menggendongnya. Tatapan wajahnya seakan menunjukkan rasa asing kepada orang tersebut.

Aku yang awalnya duduk di kursi paling belakang, ternyata terkejut melihat di bagian belakangku ternyata masih ada tempat yang di fungsikan sebagai kursi cadangan.

Setelah membantu ibu dan keempat anaknya, dia masih saja membantu penumpang lain, kali ini berusaha mencarikan tempat bagi penumpang yang masih belum keangkut. Pikiranku kembali ke prediksi awalkubahwa dia adalah seorang crew.

Setelah selesai membantu, dia kemudian turun dari dalam bis. Selang beberapa saat kemudian dia kembali naik ke dalam bis dengan membawa sebuah gitar.

Betapa terkejutnya aku. Ternyata dia bukanlah suami dari ibu tadi, ataupun crew bis. Ternyata dia adalah seorang pengamen.

Selama di dalam bis, aku adalah orang yang paling merasa minder, karena komunikasi di dalam bis full seluruhnya pake Bahasa Sunda, sementara aku asyik berbincang dengan pamankudengan Bahasa Jawa. Hingga kemudian salah satu anak dari ibu tadi bertanya kepada ibunya.

"Papat teh naon?" tanya anak tersebut kepada ibunya.

"Papat teh Opat. Eta basa jawa" jawab ibu tersebut.

"Eta Urang jawa?" sahut anak ibu tersebut.
 
Aku pun tersenyum kecil tersipu malu, karena sebelum anak tersebut bertanya kepada ibunya, aku berkata kepada pamanku yang ada di sampingku.

"Piye iki lek, nek dalane macet koyo ngene, tekan Tasik iso tekan jam papat iki" ucapku.

"Jam papat, iso wae. Hla wong aku yo sakdurunge yo rung tau numpak bis Bandung-Tasik og Lan. Nikmati wae, hla wong iki liburan yo dalan macet wis lumrah." jawab pamanku.

Selang bebarapa lama, pengamen tadi akhirnya memetik gitarnya untuk bernyanyi. Di saat itu dia menyanyikan tembang sunda yangkunggak tau maksud dari lagu tersebut. 

Betapa tersentuhnya hatiku kepada pengamen tersebut. Ketika ia selesai menyanyi dan kemudian meninta uluran tangan seikhlasnya kepada para penumpang, sedikit penumpang yang menggubrisnya, mungkin karena kebanyakan dari penumpang tertidur. Penumpang yang tidak tertidur juga sedikit mengulurkan tangannya kepada pengamen tersebut. Lebih parah lagi, orang yang sewaktu di Pool Cibiru di bantu sama pengamen tersebut, juga ikut-ikutan acuh tak acuh.

Tapi meskipun begitu, pengamen tadi tidak membentak atau berlaku kasar kepada penumpang yang tidak berkenan memberikan uluran tangan seikhlasnya. Ia juga tidak mengeluh karena tidak di beri. Ia tetap tersenyum dan berucap terima kasih kepada para penumpang, baik yang mengulurkan ataupun tidak sama sekali. Uang berapa pun itu yang ia terima, ia terima dengan apa adanya, meskipun ada salah satu penumpang yang hanya memberikan uang receh di bawah Rp500.

Mungkin pengamen tersebut menyadari bahwa yang rasa keikhlaslasan itu lebih tinggi, daripada besarnya uang yang ia terima.

Kegagalanku untuk mendapatkan hot seat ternyata berbuah kepada sebuah pelajaran hidup yang begitu berharga bagiku. Bagiku teladan hidup dapat diperoleh dari siapa saja, bukan hanya dari Da'i, Ustad, Kyai, Ulama ataupun Tokoh Masyarakat.

Belum tentu mereka yang kita anggap dapat dijadikan teladan dalam kehidupan kita melakukan apa yang dilakukan oleh pengamen tadi. TALK LESS DO MORE, better than TALK MORE AND MORE.

Aku berdoa dan berharap, suatu saat aku bisa bertemu lagi dengan pengamen tersebut. Bagiku dia adalah seorang yang sangat langka kutemui di zaman seperti ini. Seorang yang dengan ikhlas membantu tanpa pamrih, meskipun pada saat ia mengamen sedikit orang yang meberikan uluran tangannya, sekalipun orang yang telah di bantunya sebelumnya tidak mengulurkan tangannya.

Dari keadaan tersebut, sepertinya menggambarkan keadaan yang terjadi saat ini, dimana orang yang kaya tambah kaya dengan kekayaannya, dan orang sulit makin sulit dengan kesulitannya menemukan orang yang membantu mengulurkan kepedulian untuk mengulurkan tangan atas kesulitan yang mereka hadapi.

Bagiku, pengamen tadi mengingatkanku, bahwa rezeki yang telah di berikan oleh-nya kepada kita, tidak 100% itu milik kita. Ada bagian yang di berikan kepada kita, untuk kita salurkan kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan kita. Ibaratnya, reziki itu hanyalah titipan dari Tuhan. Karena pada hakekatnya, amal kitalah yang kita bawa mati, bukan harta yang kita miliki.

    






 

Sabtu, 11 Januari 2014

Pangarep Tahun Sing Anyar


PANGAREPANKU NING TAHUN SING ANYAR

Pangarepku.
Aku ngarep-arep menawa taun iki, kowe nggawe kaluputan.

Amarga nek kowe nggawe kaluputan, kowe malah nemuake hal-hal sing anyar, nyoba hal-hal anyar, sinau seko kaluputan sing kok gawe, nemu hal-hal sing durung tau ketemu nang uripmu, nglakoke hal-hal sing durung tau dilakoke sadurunge. Seko kono kowe iso nyurung awakmu dadi luwih becik, mengubah awakmu dadi luwih apik, lan sing luwih penting, kowe nglakoke samubarang.

Dadine kuwi kekarepanku kanggo kowe, awake dhewe kabeh, lan kekarepan aku dhewe. Nggawe kaluputan anyar, nggawe mulia, amarga kaluputan kuwi nabjuake. Nggaweo kaluputan sing durung ana sing tau di lakonu sadurunge. aja wedi, aja mandheg, aja kuwatir menawa kuwi ora cukup becik, utawa ora sempurna,
apa sing kowe wedine, kuwi bakale kanggo mayokake awake dhewe, lakokno.

Nggaweo terus kaluputan saben taun lan salawase, seko keluptutanmu kuwi mau, kowe bakal bisa sinau seko kelupatanmu mau, supaya kowe dadi sing luwih becik seko sakdurunge.

Sugeng Warsa Enggal marang kabeh.

 

Jumat, 03 Januari 2014

Touring Priyangan Timur { Bagian 2 }

Setelah bertemu dengan Pak Harto, saya langsung bergegas ke jalur pemberangkatan.

Di jalur pemberangkatan Budiman ternyata berjajar armada
E341 (Tasik-Solo), IL 239 (Tasik-Solo), dan E358 (Bandung-Solo).

Kali ini saya tidak naik E341, karena tujuan saya Bandung, hehe... *Soalnya saya udah terlalu sering pergi ke Majenang naik E341, bahkan tiap lebaran saya selalu dapet jatah E341, seperti sudah menjadi penumpang tetap, wkwkwkw *.

Maaf-kan yang mengambil gambar.
Sore itu adalah kali pertama saya menjajal kelas Eksekutif milik PO Budiman. Nggak usah pikir lama, saya langsung naik ke armada. Pas saya naik keatas, saya duduk bersebelahan dengan "Mojang Bandung" yang menempati nomer kursi 1 yang juga turun di Cicaheum *Biasa aja ah...*.

Jam tangan menunjukkan pukul 16.30, Budiman E341 XBC batangan Pak Budi keluar jalur keberangkatan, dengan kondisi seat penuh. Dengan suaranya yang khas E341 keluar dengan bunyi kelakson, pertanda berangkat.

Pukul 16.45 giliran Budiman IL 239 yang keluar jalur. Si "Gesit Irit" keluar terminal dengan kondisi seat belakang kosong tiga *tapi saya yakin kok, kalo itu kursi nantinya bakalan ke isi, setelah bis sampai di Kartosuro kalo nggak di Prambanan*.

Barulah pukul 17.00, Budiman E358 *sang "Roller Coaster" begitulah saya menyebutnya*, keluar dari jalur pemberangkatan. Meninggalkan Tirtonadi dengan kondisi Pak Arifin yang segar, penuh semangat, dan fit, membuat saya yakin, ntar malam Pak Arifin bakalan show on seperti biasanya.

Pak Arifin langsung ngasih informasi ke penumpang kalo dia bakalan nerobos banjir di Purworejo dan nggak ikutan cari alternatif ke Wonosobo. Dia nggak mau, dikarenakan kalo lewat Wonosobo bakalan lebih lama, dan lebih jauh. Padahal saya mengharap untuk lewat Wonosobo. "Udah ah, ikut jalan yang kek biasa aja.." kira-kira kalo di translate ke bahasa Indonesia gitu.

Keluar terminal, E358 di bawa nyantai. Nggak ada sen kanan, ataupun klakson ketika meninggalkan terminal. Sampai Kerten, E358 tetap di bawa santai. Pertunjukannya di mulai selepas Pasar Kleco, beberapa PO di blong, menyusul deratan bis Pariwisata di depannya.

"Lama ah..." Itulah yang terucap dari Pak Arifin ketika hendak melewati salah salah bis Pariwisata milik salah satu PO. *Di batin saya, "wkwkwkw..."*. Seketika sen kanan dinyalakan, dan tanpa klakson, bis di goyang ke kanan, movement-nya rapi banget.

Itu adalah segelintir cerita awal bersama Pak Arifin di E358, hehehe...

Masuk wilayah Klaten, Pak Arifin menjemput paketan barang. *Ya itung-itung nambah rejeki, hehe..*

Karena suhu yang semakin dingin, saya pake deh selimut yang tersedia di jok, dengan selimut berwarna coklat. Selain itu tersedia juga bantal.

Naah nantinya fungsi bantal adalah sebagai tripod buat ngerekam style-nya Pak Arifin. Selama ini kesulitan saya ketika ngerekam On Board di bis adalah tidak adanya dudukan buat kamera. *Maklum-lah Bisnis AC nggak ada bantalnya*

Masuk wiliayah Prambanan, Pak Arifin membawa E358 dengan di bawah kecepatan 60KM/Jam. Alasannya simple, karena masih banyak penumpang yang belum tidur, dan baru menyesuaikan keadaan untuk tidur. *Salut...*

Pak Arifin mulai curga kepada saya, ketika saya mengeluarkan kamera dari dalam tas. Sebelum saya merekam, saya minta ijin dulu boleh nggak-nya ngerekam On Board saya kali ini. *Modusss...*

Aku               : "Punten pak, boleh ngerekam video perjalanan?"
Pak Arifin      : "Mangga, sok atuh dek".

Sebenernya niat saya adalah ngompor secara tersirat. Kalo frontal takutnya malah Pak Arifin-nya marah.

Pak Arifin kemudian bertanya kepada saya.

Pak Arifin      :"Adek anak bismania ya? Kok pake ngerekam segala".
Aku               :"Iyaaa Pak, terlebih saya itu Budimania yang udah langganan sejak Budiman masuk ke Solo"
Pak Arifin      :"Pantesan.. Kemarin juga pas BT di launching, anak-anak Bismania pada njajal"
Aku              :"Iya pak, saya tau. Mereka itu bismania yang tergabung di BLC Pak.
Pak Arifin      :"BLC itu apa dek?"
Aku              :"Itu kepanjangan dari Budiman Lovers Community, tempat para Budimania berkumpul"
Pak Arifin      :"Oh.. Kemarin pada di ajak sama Pak Haji gitu buat di jajal"
Aku              :"Tau lah, Pak orang saya ikut gabung di grupnya di Facebook"

Akhirnya Pak Arifin tau kalo saya itu Budimania. Dia juga bertutur, kalo selama ini banyak anak Bismania yang pada ikut kalo dia lagi jajal. Terakhir katanya ada anak Bismania yang naik dari Gamping.

Keluar Jogja, kondisi jalan padat namun tetap lancar. Maklumlah, hari Minggu.

Masuk wilayah Wates, barulah Pak Arifin show on. Sen kanan yang terus berkedip, bis yang terus bergoyang dan lampu dim yang menyala-nyala.

Pokoknya joss terus. Nggak sia-sia saya ngerekam On Board.

Sampai di Purworejo, akhirnya bertemulah dengan kedaan macet karena banjir.


Tampak kemacetan yang merayap terjadi di malam itu. Pak Arifin menilai kalo macet karena banjir sudah biasa ia terjang, sehingga tak perlu khawatir.

Kira-kira kemacetan yang terjadi sekitar 1 KM, dan di belakang juga yang antri kena macet juga panjang.

Kondisi ini terjadi karena adanya beberapa mobil yang mogok di tengah jalan, terutama sedan dan mobil-mobil yang ceper.



Pak Arifin (kiri), Adekku (kanan) dan E358 (tengah) di tengah kemacetan karena banjir Purworejo.

Adekku =)
Selepas kemacetan panjang terjadi, Pak Arifin kembali dengan style dan gaya-nya. Sen kanan yang kembali menyala, lampu dimp yang terus menyala-nyala, dan terus di ajak bergoyang ke kanan.

Sempat saya melihat spedometer melebihi 100KM/Jam dan buka jalur ketika perlintasa KA di tutup. Rapi deh pokoknya masuk lagi ke jalurnya.

Ini contohnya
  


3 Bis Parwis di Blong Semua dalam satu tarikan.

.
Setelah itu sampe di RM Taman Sari Rasa, Sampang sekitar pukul 23.45.

Rehat dan makan sebentar, kamudian joss lagi...

Pukul 00.45 masuk Lumbir. Tempat inilah yang menginspirasi saya nenyematkan nama "Roller Coaster kepeda E358. Meskipun jalan bertikung, berkelok naik turun. Pak Arifin tetap dengan gaya dan style-nya. Nikung pun tetap maksa ngeblong. Tapi saya salut dengan insting dan pengalamannya. Dan yang perlu di kasih applause adalah Pak Arifin sangat jarang membunyikan klakson.

Sampai di Majenang pukul 02.38. Adek dan Ibukku harus turun karena memang finish-nya di Majenang. Sementara aku lanjut aja, joss ke Bandung.

Ini kali pertama saya melanjutkan perjalanan *continue* dari Majenang sampai ke Jawa Barat dengan naik Budiman.

Jalan perbatasan yang berlubang juga tetep di lahap dengan kecepatan yang wusss-wusss...

Masuk gerbang "Welcome to Jawa Barat" pukul 03.05. E358 kembali melanjutkan perjalanannya untuk menerjang medan jalan Jawa Barat yang jauh lebih bagus dan jauh lebih nyaman ketimbang jalan di Jawa Tengah.

Tanpa masuk Terminal Banjar, E358 sempat terbang ketika ada jalan menurun, tapi meskipun terbang, hentakkan saat landing tidak terlalu terhentak dengan keras. Setelah sempat terbang, E358 bertemu dengan IL 329 di Pom Bensin Banjar.

Dengan jarak waktu 45 menit duluan IL 329 ketika berangkat dari Solo, Pak Arifin dapat bertemu. Namun bagi Pak Arifin, itu udah biasa.

Pak Arifin    :
"Di belakang mobil Tasik mah, paling sampe Kutoarjo. Masuk RM Sari Rasa biasanya paling saya duluan. Malah nggak sampai Jogja biasanya bis kedua yang ke Tasik udah kena. Kalo Pak Dedi BR, mungkin kalo dia nyari waktu mungkin agak beda ceritanya.. Tapi yang jelas driver Bandung yang ke wetan, hampir rata-rata ngejos semua ketimbang driver Tasik. Kalo adeknya nyari waktu, ikutan saya aja. Saya biasanya jam 4 udah sampai Caheum kalo jalannya normal, kalo Majenang tinggal ngitung sendiri aja.."

Itulah sensasi yang saya harapkan dari E358, tapi karena macet dan banjir dimana kondisi jalan yang padat membuat perjalan saya bersama Pak Arifin agak kurang maksimal...

Spedometer kembali kearah 100KM/Jam ketika keluar dari Tasikmalaya.

Kondisi Macet kembali terjadi. *Rancaekek kalo nggak salah*..



Akhirnya pukul 08.34, sampailah saya di Terminal Cicaheum.

~WELCOME TO BANDUNG~

*akhirnya OTW D-nya kesampaian juga* 
|IL 239, dan E358 

Kamis, 02 Januari 2014

Touring Priyangan Timur { Bagian 1 }


Pada kesempatan kali ini, saya akan bercerita tentang pengalaman saya dalam perjalanan "Touring Priyangan Timur" sekaligus untuk berlibur ke Kota Bandung, karena sebelumnya saya belum pernah menginjakkan kaki ke Kota Kembang tersebut.

Langsung saja, nggak usah berlama-lama, saya langsung ke inti cerita.


Part 1 : http://katanyakataku.blogspot.com/2014/01/touring-priyangan-timur-bagian-1.html
Part 2 : http://katanyakataku.blogspot.com/2014/01/touring-priyangan-timur-bagian-2.html


Kamis sore, tanggal 19 Desember 2013, saya langsung cap cus ke Terminal Tirtonadi Solo untuk memesan tiket bis untuk keberangkatan Minggu sore, tanggal 22 Desember 2013.

Ketika masuk ke terminal, loket yang saya tuju adalah loket milik PO Budiman, letaknya berada di antara loket pemesanan tiket bis-bis malam. Meskipun banyak pilihan untuk menuju ke Bandung, saya putuskan untuk menggunakan PO Budiman, karena saya sudah sering menggunakan PO tersebut dan sudah sejak lama saya menjadi pelanggan setia PO Budiman tersebut sejak PO Budiman mengembangkan sayapnya ke Solo.

Selain itu saya sudah kenal dengan beberapa crew PO Budiman yang nge-line ke Solo *terutama Driver* dan perwakilan PO Budiman Solo, seperti Pak Harto dan Pak Umar (pengurus ticketing Solo), Pak Budi (driver E341 | Tasik-Solo), Pak Dedi BR (driver E298 | Tasik-Solo), dan Pak Arifin (driver E358 | Bandung-Solo).

Pada kesempatan tersebut, saya memesan 3 tiket. Ketiganya untuk Saya, Ibu Saya, dan Adek Saya. Namun ada hal yang unik, yaitu Adek dan Ibu Saya turun di Majenang, sementara saya joss ke Bandung. Karena bertiga, sehingga Adek Saya dan Ibu Saya duduk berjejer di seat nomer5-6, sedangkan saya duduk di seat nomer 2. Sehingga tiket yang saya pesan yaitu seat 2-5-6.

Adek dan Ibu Saya dikenai biaya 120k karena turun di Majenang, sedangkan saya dikenai biaya 135k karena turun di Bandung, tepatnya di Terminal Cicaheum.

Harapan awal saya adalah saya ke Bandung bersama Budiman E358 Eksekutif, *maklum sebelumnya saya belum pernah naik kelas Eksekutif PO Budiman* karena ada sensasi berbeda yang di tawarkan oleh armada tersebut, namun karena saya jalan di hari Minggu, sehingga saya naik E357 yang juga sama-sama berkelas Eksekutif.

Awalnya saya agak kecewa, namun yang namanya jodoh kali yaa.. Dikarena banjir yang melanda Purworejo di hari Jum'at (20/12/2013) jalan jalur selatan terputus, sehingga membuat berantakan jadwal beberapa PO, termasuk PO Budiman yang nge-line Solo.

Budiman E358 yang harusnya berangkat hari Sabtu (21/12/2013) di tunda karena keadaan tersebut, sehingga baru berangkat di hari Minggu, sementara E357 yang harusnya berangkat hari Minggu dipindah ke hari berikutnya.

Di hari keberangkatan (Minggu, 22/12/2013) saya berangkat dari rumah sekitar pukul 16.00 dengan hujan deras yang menemani perjalan saya menuju terminal. Pada saat saya sampai terminal, saya langsung diberitahu oleh Pak Harto.

Pak Harto      : "Dek, E357 nggak jadi berangkat hari ini. Tadi masih kejebak macet di Purworejo"
Aku               : "Berarti E358 yang jalan?...."
Pak Harto      : E358 jalan hari ini"

Denger hal tesebut saya langsung tersenyum, dan seneng bukan main. Sepertinya ini adalah kado yang tak terduga yang datang di hari Ibu. Kadonya berupa Liburan ke Bandung dengan tiket Eksekutif ke Bandung, dan "OTW D-nya" naik E358 bareng Pak Arifin".

*Yiiiii haaa... Banjir Datang, E358 pun di jajal*

Jujur, saya sudah lama tidak ikut Pak Arifin.Terakhir kalo tidak salah tahun 2010 waktu lebaran dulu, ketika itu Pak Arifin pegang E330 yang masih berstatus Bisnis AC.

Niih penampakannya... Sang "Roller Coaster" dari Solo. 

E358 | Bandung-Solo | Eksekutif | Mercedes Benz OH 1525 | "Roller Coaster"